Jerry
Aurum lahir di Medan, 26 Mei 1976, memulai karirnya pada umur 24 tahun.
Jerry Aurum adalah seorang fotografer Indonesia yang sudah go
international. Banyak dari hasil karyanya dan kisah suksesnya yang
dimuat di media massa, salah satu bukunya, Femalography, adalah buku
yang menceritakan tentang keunikan dari perempuan dan menjadi best
seller di Singapura.
Jerry
lulus dengan “cum laude” jurusan Desain Komunikasi Visual, Institut
Teknologi Bandung. Jerry dapat menjadi salah satu fotografer dan
creative director ternama karena pengalaman fotografinya yang sejak SD
sudah biasa memegang kamera. Sejak SD sudah mengenal photo hunting,
walaupun dari keluarganya tidak ada yang bergerak di jalur seni, ayah
Jerry seorang notaris, ibunya bekerja di sebuah perusahaan asing pemasok
alat-alat berat untuk perkebunan, kakaknya seorang dokter jantung, dan
kakak yang satunya lagi bekerja di biro arsitektur. Di tahun 1992,
ketika Jerry kelas 2 SMA, ia membeli kamera besar pertamanya, dan sejak
itu fotografi menjadi hobi yang diseriusinya. Fokus Jerry waktu itu
adalah menjadi pemburu hadiah lomba foto, karena Jerry tumbuh di
lingkungan keluarga yang keras, yang walaupun keluarga Jerry adalah
keluarga cukup berada, Jerry dan saudara-saudaranya dididik jauh dari
manja. Jika menginginkan sesuatu, semua anggota keluarganya diharuskan
menabung, dan untuk membiayai hobi foto Jerry, yang seperti kita
ketahui, fotografi adalah hobi yang mahal, Jerry harus mengejar uang
dari hasil ikut lomba.
Setelah lulus kuliah di tahun 1999, Jerry
sempat bekerja selama 3 bulan di sebuah perusahaan, tetapi karena tidak
tahan, Jerry membuka perusahaan sendiri di bidang desain grafis dan
fotografi. Tepatnya, di bulan Maret 2000, Jerry Aurum Design and
Photography (JADaP) bediri. Di perusahaan ini, Jerry sebagai produser
dan delapan orang lain sebagai admin, desainer grafis, kepala studio, 2
asisten fotografi, dan general affairs yang mengurus izin, pengiriman
barang dan logistik. Jerry memilih hanya 8 orang di kantornya karena
Jerry tidak menyukai suasana yang “kantor” sekali. Jerry sempat
mempunyai pegawai sebanyak 25 orang, tapi yang terjadi adalah Jerry jadi
lebih sibuk mengurus kantornya dan kesenangannya akan fotografi tidak
terfokuskan. Ia tidak mau menjadi freelancer, karena tidak bisa serius
dalam industrinya. Jerry menginginkan perusahaan yang established supaya
bisa menangani proyek yang lebih serius.
Jerry Aurum memilih
foto komersial karena menantang, mempunyai tanggung jawab besar,
pekerjaannya juga sulit, dan lagi para klien Jerry mempunyai nama-nama
besar, jadi Jerry ingin membangun portfolio dengan foto komersial. Untuk
eksplorasi kreatifitasnya, sangat berbeda dan variatif. Bagi Jerry,
tidak ada yang sama. Hari ini ia bisa memotret benda, hari berikutnya
model, berikutnya lagi memotret perjalanan, masuk ke hutan, dan
sebagainya. Mau tidak mau, semua itu memaksanya untuk bereksplorasi dan
belajar terus. Sangat berbeda dengan nuansa dari fotografi pernikahan
yang cukup banyak repetisinya.
Jerry berpikir, apa lagi yang
harus dieksplor dari foto orang menikah, walaupun memang ada satu dua
foto pre wedding atau wedding yang cukup berbeda, misalnya foto wedding
di bawah air. Tapi selain dari itu, menurut Jerry, foto-foto pre wedding
yang terlalu aneh pun tidak ada konteksnya. Tidak ada konteksnya
karena, misalnya, ada foto pre wedding dimana pasangan menaiki unta
berduaan, sama sekali tidak ada hubungannya, foto naik unta dengan
nuansa pernikahan, jadi tidak seperti foto pre wedding tetapi lebih
menuju kepada foto untuk lucu-lucuan berdua. Padahal, konteks
sesungguhnya menurut Jerry, foto pre wedding adalah foto menjelang
pernikahan, dimana nuansa kebersamaan seharusnya tinggi. Dan Jerry
menganggap, mungkin karena foto-foto pre wedding yang aneh dan lucu itu
lebih memenuhi selera pasar. Jerry sendiri tidak pernah memotret untuk
wedding, kecuali untuk membantu teman yang khusus meminta dan itu
seringkali gratis. Jerry berpendapat, lama-lama sebenarnya foto wedding
menarik karena sekarang wedding lebih terbuka, tidak terlalu konservatif
dan kemungkinan kreativitasnya lebih besar, tetapi sampai saat ini, ia
belum mau menekuninya.
Jerry berpendapat, di Indonesia, foto-foto
pre wedding atau wedding kehilangan konteks dan pemaknaan dari
perkawinan itu sendiri dengan tidak tecermin dalam fotonya. Fotografer
lupa alasan dan tujuan orang membuat foto pre-wedding karena terlalu
excited dengan ide-ide kreatifnya. Padahal foto pre wedding adalah untuk
merayakan suatu hubungan, merayakan cinta, seharusnya itu yang menjadi
landasan pemotretan, dan itu harus terasa dalam setiap karya.
Jika
Jerry ingin memotret foto pre wedding, ia akan membuat foto yang lebih
sederhana, lebih konservatif, lebih mencari “rasa”. Karena menurutnya,
itu lebih long lasting, tidak lekang oleh waktu. Seorang fotografer
seharusnya melakukan pendekatan dahulu yang lebih personal.
Untuk
foto komersial, tantangan bagi Jerry adalah misalnya, ketika ia harus
memotret eko wisata di Flores selama setengah bulan, ia harus masuk
keluar hutan, naik gunung, ke pantai dan keesokan lusanya ia memotret
jalan-jaan utama di London yang tipe pekerjaannya high profile. Orang
yang terlibat, tipe klien, tipe peralatan, skill yang dibutuhkan, sama
sekali berbeda.
Hubungan paling sulit adalah dengan supplier atau
pihak ketiga. Menurut Jerry, fotografi sepeti team work. Kebanyakan
selalu berkaitan dengan pihak ketiga yang membantu. Di Indonesia,
komitmen dan konsistensi para supplier ini selalu jadi tanda tanya.
Jerry
mencari passion dalam dunia fotografi. Menurutnya, di dunia kreatif,
sebaiknya kita mencari nilai yang lain. Jerry tidak peduli mengenai
uang, tidak dibayar pun ia akan tetap memotret, jadi bekerja pun tidak
akan terasa berat. Prinsip Jerry, jika kita senang, dedikasi dan
keinginan untuk membuat itu jadi spesial juga besar. Dan banyak
perusahaan-perusahaan yang menghargai itu.
Dan ini beberapa hasil foto yang di jepret oleh Jerry Aurum
sumber : http://www.tabloidnova.com/Nova/Profil/Jerry-Aurum-Pencairan-Rasa-si-Fotografer-Mahal
http://groups.yahoo.com/group/id-ccp/message/15114?var=1
http://jerryaurum.com/
0 komentar:
Posting Komentar